Aceh Utara – PT Perkebunan Nusantara (PTPN) Cot Girek menepis tudingan terkait penutupan akses jalan kebun tanpa solusi bagi masyarakat. Dalam klarifikasi yang disampaikan langsung di lokasi, Rabu (23/4/2025), Manajer PTPN Cot Girek, Khairullah, menegaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan jalur alternatif yang layak dan bisa diakses masyarakat melalui Pos GBK.
“Informasi bahwa tidak ada jalur lain setelah penutupan akses kebun itu tidak benar. Kami sudah menyediakan jalan alternatif yang dapat digunakan masyarakat,” ujar Khairullah.
Ia menjelaskan bahwa penutupan sejumlah akses jalan di area perkebunan merupakan langkah strategis untuk mengatasi maraknya pencurian hasil panen sawit. Menurutnya, kebijakan ini bertujuan melindungi aset negara dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman dan tertib.
“Kebijakan ini tidak diambil secara sepihak. Kami telah mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk kepentingan masyarakat sekitar. Jalan alternatif memang memiliki jarak tempuh berbeda, namun tetap bisa diakses sebagai jalur penghubung,” jelasnya.
Menanggapi kekhawatiran warga terhadap keamanan lahan pertanian yang berbatasan dengan kebun PTPN, Khairullah menyatakan bahwa pihak perusahaan berkomitmen menjalin koordinasi erat dengan aparat keamanan dan pemerintah daerah.
“Kami terus menjalin komunikasi dengan masyarakat dan berupaya menemukan solusi terbaik yang mengakomodasi semua kepentingan,” katanya.
Ia juga menepis anggapan yang menyamakan kondisi ini dengan kasus penutupan jalan di kawasan Tabak. Menurutnya, situasinya berbeda terutama dari sisi ketersediaan jalur alternatif.
Produksi Sawit Meningkat Usai Penertiban
Dalam kesempatan yang sama, Khairullah mengungkapkan bahwa produksi kelapa sawit PTPN Cot Girek justru menunjukkan tren peningkatan setelah dilakukan penertiban dan pengamanan kebun.
“Sejak dilakukan penertiban, produksi kami meningkat signifikan. Januari tercatat 3.800 ton, Februari 4.800 ton, Maret 5.400 ton, dan diprediksi April ini akan tembus 7.400 ton,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa pembangunan parit isolasi juga berfungsi untuk menghindari konflik tapal batas dengan warga, membatasi ruang gerak pencurian, dan mencegah gangguan dari hewan ternak yang merusak tanaman muda.
Menurut Khairullah, kerugian akibat pencurian dan kerusakan akibat ternak sangat besar. Karena itu, upaya pengamanan ini menjadi langkah penting untuk menjaga keberlangsungan produksi dan stabilitas operasional perusahaan.
“Penutupan akses bukan untuk menghalangi aktivitas masyarakat, melainkan langkah pengamanan aset. Kami tetap membuka jalur alternatif di atas lahan HGU milik perusahaan,” pungkasnya.(M)