Tagar #KaburAjaDulu Marak Akibat Sistem Yang Rusak


author photo

8 Mar 2025 - 16.35 WIB


Tagar #KaburAjaDulu marak diserukan di sejumlah media sosial, termasuk X (Twitter) dan sempat menjadi topik tren unggahan di Indonesia dalam platform X. Kondisi ini tentu tidak lepas dari pengaruh digitalisasi terutama sosmed yang menggambarkan tentang kehidupan negara lain yang lebih menjanjikan. Kualitas pendidikan yang rendah di dalam negeri bertemu dengan banyaknya tawaran beasiswa ke luar negeri di negara maju semakin memberikan peluang untuk "kabur". 

Sulitnya mencari kerja bertemu dengan banyaknya tawaran kerja  di LN baik pekerja terampil maupun kasar dengan gaji yang lebih tinggi di negara maju. Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari Fenomena brain drain yang menjadi isu krusial dalam konteks globalisasi/liberalisasi ekonomi  yang semakin menguat, dan makin memperlebar kesenjangan antara negara maju dan berkembang, menciptakan ketidakadilan dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan. (https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/05/191500865/warganet-serukan-tagar-kaburajadulu-pengamat-ingatkan-ini-jika-ingin-kabur?page=all)

Hal ini menggambarkan kegagalan kebijakan politik ekonomi dalam negeri memberikan kehidupan sejahtera. Sistem Kapitalisme yang dijadikan sebagai asas negeri ini adalah akar masalah kondisi ini.  Kesenjangan ekonomi tidak saja terjadi di dalam negeri, namun juga di tingkat dunia, antara negara berkembang dan negara maju. 

Kesenjangan ekonomi ini terjadi akibat beberapa faktor, yaitu faktor ekonomi, faktor sosial, faktor politik, dan faktor lingkungan. Dalam faktor ekonomi sendiri, kesenjangan ekonomi terjadi akibat kurangnya lapangan kerja yang memadai, sehingga mengakibatkan pendapatan yang tidak merata. Pemerintah yang kurang aktif dalam penyediaan lapangan kerja membuat para lulusan terbaik kampus yang harusnya bisa membangun dalam negeri memilih untuk mengambil tawaran dari negara-negara tetangga yang lebih menjanjikan. 

Dari faktor sosial sendiri, terjadinya tidak kemerataan pendidikan membuat rakyat yang terutama berasal dari pelosok desa sulit untuk mencari pekerjaan dikarenakan pendidikan mereka yang tidak memenuhi syarat. Alhasil, mereka hanya bekerja seadanya dengan pendapatan yang bahkan tidak cukup untuk makan satu hari. Hal ini yang juga menyebabkan kemiskinan dalam negeri tak kunjung mereda. 

Selain itu, ada faktor politik yang menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi antar rakyat. Sistem yang dianut bangsa ini merupakan akar masalah kesenjangan ekonomi yang terjadi. Dalam sistem ini, kebijakan- kebijakan ekonomi yang dijalankan bukanlah kebijakan terbaik karena masih memungkinkan para penguasanya untuk melakukan tindak korupsi. Kebijakan kapitalis hanya perusak yang akan selalu memunculkan masalah akibat ketidaksempurnaan hukum yang dianutnya. 

Contohnya saja, para pelaku korupsi yang hanya dihukum selama beberapa tahun, padahal kerugian yang mereka sebabkan bisa mencapai ratusan triliun. Tentu hal ini membuat kesenjangan ekonomi tampak jelas dikalangan rakyat, terutama antara pengusaha, pejabat dan rakyat biasa. Jadi jangan salahkan rakyat jika mereka memilih untuk pergi keluar ketimbang membangun negara bersama dengan pemerintahnya guna kesejahteraan rakyat. 

Islam mewajibkan negara membangun kesejahteraan rakyat, dan mewajibkan negara memenuhi kebutuhan asasi setiap warganegara individu per indvidu.  Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, “Imam itu adalah pemimpin dan dia diminta pertanggungjawaban atas orang yang dia pimpin.”
 (HR Bukhari dan Muslim).

Diantara urusan penting yang termasuk bagian dari tugas ri’aayah adalah menyediakan lapangan pekerjaan bagi warga negara yang memiliki kemampuan, tetapi tidak mendapatkan pekerjaan.  Bahkan nafkah atas orang fakir yang tidak memiliki kerabat yang mampu menafkahinya menjadi tanggung jawab Negara.  Ketentuan ini didasarkan pada sabda Rasulullah SAW, “Siapa saja yang meninggalkan harta, itu adalah hak ahli warisnya. Siapa saja yang meninggalkan orang lemah (yang tidak punya anak maupun orangtua), itu adalah urusan kami.” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Ada banyak mekanisme yang harus dilakukan negara termasuk  diwajibkan menyediakan lapangan kerja bagi setiap laki-laki baligh. Baik di sektor pertanian, perdagangan, industri dan jasa dengan pengelolaan sumber daya alam yang Allah SWT limpahkan kepada kaum muslimin. Selain penyediaan lapangan kerja yang memadai, Islam juga memberlakukan keadilan merata bagi seluruh umat dengan memberikan upah yang adil sesuai kebutuhan dan kerja keras rakyatnya. Sehingga tidak ada perlakuan dzolim yang dialami rakyat. 

Selain itu, strategi pendidikan dalam Islam mampu menyiapkan sumber daya manusi yang beriman dan siap membangun negara, dan negara juga peduli dan menjamin kehidupan mereka sebagai warga negara. Pendidikan yang memadai dan sesuai aturan serta syariat mendukung adanya pekerja pekerja yang amanah serta kompeten di bidangnya. 

Dengan support penuh dari negara, akan mampu mencetak generasi khairu ummah. Generasi yang keberhasilannya tak diukur dari materi (pekerjaan) semata, tapi ilmu yang bermanfaat bagi umat. Sehingga orientasi generasi adalah fastabiqul khairaat (berlomba-lomba dalam kebaikan) baik untuk kehidupan dunia maupun akhirat. Tegaknya sistem Islam tentu akan menjadi rahmat bagi seluruh alam, dan mewujudkan dunia yang adil dan Sejahtera. Wallahu a’lam bish-shawab
Bagikan:
KOMENTAR