Skandal Korupsi Terbesar: Pertamina Geser PT Timah di Puncak “Klasemen” Kerugian Negara, Total Capai 980 Triliun Rupiah


author photo

9 Mar 2025 - 17.14 WIB


Jakarta, Indonesia – Dunia maya kembali dikejutkan dengan viralnya daftar perusahaan dan institusi negara yang diduga menimbulkan kerugian negara terbesar akibat korupsi. Dalam daftar yang beredar luas di media sosial, Pertamina kini menempati posisi teratas dengan nilai fantastis mencapai 980 triliun rupiah, melampaui PT Timah yang sebelumnya mencatat kerugian 300 triliun rupiah.

Daftar yang disebut sebagai “Klasemen Sementara Liga Korupsi Indonesia” ini diunggah oleh akun media sosial @BSBIOINDONESIAOFFICIAL, dan dengan cepat memicu gelombang reaksi publik. Format klasemen yang digunakan, meskipun bernuansa satire, menggarisbawahi skala besar korupsi yang terus menggerogoti keuangan negara.

Selain Pertamina dan PT Timah, sejumlah entitas lain juga tercatat dalam daftar dengan angka kerugian yang tak kalah mencengangkan, di antaranya:

BLBI – 138 triliun rupiah

Duta Palma – 78 triliun rupiah

PT TPPI – 37 triliun rupiah

PT Asabri – 22 triliun rupiah

PT Jiwasraya – 17 triliun rupiah

Kemensos – 17 triliun rupiah

Sawit CPO – 12 triliun rupiah

Garuda Indonesia – 9 triliun rupiah

BTS Kominfo – 8 triliun rupiah

Bank Century – 7 triliun rupiah


Fenomena ini menuai kritik keras dari publik. “Ini bukan sekadar angka, tetapi cerminan betapa lemahnya sistem pengawasan dan penegakan hukum di negeri ini. Bagaimana mungkin uang rakyat yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan justru raib dalam praktik korupsi?” ujar salah satu warganet.

Hingga saat ini, belum ada pernyataan resmi dari pihak-pihak terkait mengenai klasemen yang tengah menjadi perbincangan luas ini. Namun, daftar ini menegaskan bahwa korupsi tetap menjadi ancaman serius bagi stabilitas ekonomi dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Satire yang Menggugah Kesadaran

Meskipun disajikan dalam bentuk satire, daftar ini mengandung pesan tajam bagi publik dan pemerintah. Dengan menggunakan format klasemen seperti dalam dunia olahraga, kritik sosial ini lebih mudah menarik perhatian dan menyampaikan urgensi pemberantasan korupsi.

Korupsi dalam skala luar biasa ini tidak hanya merusak sistem ekonomi, tetapi juga menghambat pembangunan dan memperburuk ketimpangan sosial. Tanpa tindakan hukum yang lebih tegas, kejahatan luar biasa ini akan terus berulang, merugikan jutaan rakyat yang seharusnya mendapatkan haknya.

Pemerintah dan aparat penegak hukum diharapkan dapat merespons fenomena ini dengan langkah konkret. Penegakan hukum yang transparan, penguatan pengawasan, serta pemberian hukuman yang lebih berat bagi pelaku korupsi harus menjadi prioritas utama.

Korupsi bukan hanya kejahatan finansial, tetapi pengkhianatan terhadap masa depan bangsa.(M)

Bagikan:
KOMENTAR