Pada 1 Februari 2025, Ikatan Mahasiswa Pasaman Lhokseumawe-Aceh Utara (IMAPAS) menggelar acara "IMAPAS Goes To School" yang bertujuan memberikan sosialisasi terkait dunia pendidikan tinggi kepada siswa-siswi di tiga Sekolah Menengah Atas (SLTA) di Kabupaten Pasaman, yakni SMAN 1 Padang Gelugur, SMAN 1 Duo Koto, dan SMAN 1 Panti. Kegiatan ini dilaksanakan oleh divisi Humas IMAPAS sebagai bagian dari rangkaian informasi publik yang bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan motivasi belajar di kalangan pelajar setempat.
Sosialisasi ini mencakup beragam informasi penting seputar perguruan tinggi, termasuk jalur seleksi masuk perguruan tinggi negeri seperti SNBP, SNBT, dan SMMPTN, serta program beasiswa dan berbagai jurusan yang tersedia di universitas-universitas di Lhokseumawe dan Aceh Utara. Diharapkan, melalui informasi ini, para siswa dapat lebih memahami peluang yang ada dan memilih jalur pendidikan tinggi yang sesuai dengan minat dan kemampuan mereka.
Ketua Panitia, Riki, dalam sambutannya menekankan pentingnya motivasi belajar yang berkelanjutan. Dengan mengutip salah satu maqolah Arab, "Belajar atau menuntut ilmu itu, dimulai dari buaian hingga ke liang lahat," Riki menegaskan bahwa proses belajar adalah perjalanan seumur hidup yang tidak mengenal batasan. Namun, pesan yang disampaikan terkesan lebih filosofis tanpa memberikan peta konkret mengenai langkah-langkah praktis yang dapat diambil siswa dalam meraih tujuan akademik mereka.
Lebih lanjut, Riki mengingatkan bahwa ilmu adalah kunci untuk mencapai derajat yang tinggi, mengutip ayat dalam Al-Qur'an yang berbunyi, "Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat." Meskipun kutipan tersebut memiliki nilai yang mendalam, penting untuk menekankan bahwa motivasi saja tidak cukup untuk mengatasi ketimpangan akses pendidikan dan sumber daya yang mungkin dihadapi oleh siswa di daerah-daerah terpencil. Sosialisasi ini, meskipun penuh semangat, perlu disertai dengan pemahaman yang lebih jelas mengenai tantangan yang dihadapi oleh siswa, khususnya dalam hal akses informasi, bimbingan, dan persiapan ujian.
Lebih jauh, acara ini dapat dilihat sebagai langkah positif dalam memperkenalkan pendidikan tinggi kepada siswa di Kabupaten Pasaman. Namun, penting untuk dicatat bahwa peran IMAPAS dalam hal ini tidak cukup berhenti pada pemberian informasi umum dan motivasi. Harus ada upaya yang lebih terstruktur untuk memastikan bahwa informasi yang disampaikan benar-benar dapat diakses dan dipahami oleh semua siswa, termasuk mereka yang mungkin menghadapi keterbatasan dalam hal sumber daya dan dukungan pendidikan.
Meskipun semangat dan antusiasme yang ditunjukkan dalam acara ini patut dihargai, perlu ada refleksi lebih lanjut tentang sejauh mana program-program semacam ini dapat menciptakan dampak yang signifikan terhadap kualitas pendidikan di Kabupaten Pasaman. Bukan hanya semata-mata tentang informasi tentang jalur seleksi atau program beasiswa, tetapi juga bagaimana mendekatkan siswa dengan peluang nyata untuk meningkatkan daya saing mereka dalam dunia pendidikan tinggi, yang tidak hanya bergantung pada motivasi, tetapi juga pada dukungan struktural yang lebih nyata dan terjangkau.
Akhirnya, harapan besar Riki agar siswa Kabupaten Pasaman lebih banyak diterima di perguruan tinggi negeri, khususnya di Lhokseumawe, patut diacungi jempol. Namun, harapan ini perlu disertai dengan usaha lebih lanjut untuk memastikan bahwa setiap siswa memiliki akses yang setara terhadap sumber daya pendidikan yang dapat mengantarkan mereka menuju kesuksesan akademik. Diperlukan komitmen berkelanjutan dari berbagai pihak, baik itu pemerintah, perguruan tinggi, maupun organisasi kemahasiswaan seperti IMAPAS, untuk menciptakan ekosistem pendidikan yang inklusif dan mampu mengatasi kesenjangan yang ada.(A)