Noura (pemerhati Sosial dan Generasi)
Jumlah orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Kabupaten Paser meningkat setahun terakhir. Data Dinas Kesehatan Paser, pada 2023 ODGJ tercatat sebanyak 319 orang dan pada November 2024 meningkat menjadi 353 orang. Hal ini diungkapkan Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Paser Romif Erwinadi saat Rapat Koordinasi (Rakor) lintas sektor tim pelaksana kesehatan jiwa masyarakat Kabupaten Paser pada Senin 16 Desember 2024. Jumlah ODGJ ini menjadi perhatian serius bagi Pemkab Paser.
"Hal ini harus menjadi perhatian serius terutama bagaimana meningkatkan peran dan campur tangan kita semua lintas sektor terkait, untuk saling sinergi dan berkolaborasi dengan program kerja masing-masing dalam upaya menyelenggarakan kesehatan jiwa melalui pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan bersama-sama," kata Romif, Selasa (17/12).
https://kaltimpost.jawapos.com/paser/2385431394/setahun-terakhir-jumlah-odgj-di-paser-bertambah-34-orang
Meski sejak tahun 1992, World Federation of Mental Health dibentuk sebagai bukti awarness terhadap isu kesehatan mental dunia. Berbagai program sosialisasi telah dilakukan diberbagai negara dengan mendorong agar pemerintah setempat memfasilitasi dan melakukan perbaikan penanganan seputar kesehatan mental. Namun sudah 20 tahun melakukan edukasi tetap saja angka ODGJ terus bertambah. Karena sejatinya semua itu hanyalah solusi parsial yang tidak menyentuh akar masalah.
Kapitalisme Lahirkan Problem Gangguan Jiwa
Hidup dalam lingkup sistem sekuler kapitalis saat ini sangat sulit menjaga kewarasan seseorang. Secara makro, dalam sistem Kapitalisme point of view yang dibangun adalah hidup yang berorientasi materi sehingga menciptakan kesenjangan antara si kaya dan si miskin. Budaya kompetisi yang ketat dan individualisme menyebabkan meningkatnya tekanan dan kurangnya solidaritas sosial. Belum lagi ditambah dengan gaya hedonisme-dengan flexing dan konsumerismenya- yang menyebabkan perasaan kosong dan menciptakan kebahagiaan palsu. Kondisi ini terbukti meningkatkan tekanan terhadap jiwa yang kosong secara spiritual akibat prinsip sekuler yang memisahkan antara agama dan kehidupan.
Gangguan jiwa juga disebabkan tekanan lingkungan dan kondisi sosial. Rakyat seakan berjuang sendiri menghadapi problematika kehidupan. Dari data Goodstat, 2023 menyebutkan bahwa masalah finansial menempati urutan teratas sebagai pemicu utama gangguan kesehatan mental.
Negara sebagai pihak yang seharusnya paling bertanggung jawab untuk mengurusi rakyat justru tidak tampak perannya dalam melakukan pencegahan agar problem ini tidak berlarut-larut. Yang ada malah terus saja merusak mental dengan kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat.
Faktor-faktor makro tersebut tercipta dan terpelihara dalam lingkungan kehidupan sekuler, ciri khas Kapitalisme.
Maka sudah seharusnya upaya penuntasan masalah gangguan jiwa dimulai dari mencermati akar persoalannya yaitu sekulerisme - Kapitalisme yang membuat sisi kejiwaan seseorang makin rapuh. Bukan hanya fokus pada ODGJ sebagai objek tapi kita semua seluruh elemen yang juga ikut terdampak salah asuh negara.
Sistem Kehidupan Islam Harapan Masa Depan
Kita semua tentu sepakat bahwa kondisi seperti hari ini harus segera di ubah. Namun kondisi sistem seperti apa yang ideal untuk menjaga kewarasan masyarakat? Sistem yang membuat kondisi kita selalu prima, baik dari sisi psikologis, finansial, sosial, spiritual, dan fisik?
Tentu tidak mungkin lagi berharap pada sekulerisme - Kapitalisme!
Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya imam (Khalifah) itu laksana perisai, orang-orang akan berperang dibelakangnya, dan berlindung dari musuh dengan kekuasaannya. Jika seorang imam (Khalifah) memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah 'azza wa jalla dan berlaku adil, maka ia (Khalifah) mendapatkan pahala karenanya; dan jika ia memerintahkan selain itu, maka ia mendapatkan siksa. (H.R Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Daud, an Nasai)
Prinsip dalam hadits tersebut telah dipraktikkan pada era kekhalifahan peradaban Islam. Dimana negara dan penguasa mengambil peran sebagai pelindung dan pengayom umat.
Islam meletakkan sudut pandang yang benar dalam melihat kehidupan. Bagaimana kita menyikapi takdir buruk dengan dasar akidah Islam yang kuat, bagaimana cara kita menyelesaikan problematika kehidupan, Islam juga memberikan barrier yang kokoh agar kita mampu meregulasi rasa sedih, marah, khawatir, dsb dengan penyaluran yang tepat. Serta menanamkan persepsi yang shohih bahwa tujuan hidup kita adalah akhirat. Sehingga terbentuk kesadaran bahwa dunia bukan tujuan akhir layaknya pandangan kaum sekuler.
Dalam pandangan politik Islam, negara yang menerapkan sistem Islam Kaffah akan meminimalisir bahkan menghilangkan hal-hal yang bisa memicu rakyatnya mengalami gangguan jiwa. Upaya-upaya tersebut meliputi aspek pendidikan, ekonomi, sosial, hukum dan perundang-undangan.
Dalam aspek pendidikan, kurikulum yang berlaku dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan tinggi berlandaskan akidah Islam yang bertujuan membentuk kepribadian Islam dan penguasaan skill yang berdampak pada kemaslahatan umat.
Dalam aspek ekonomi, negara menjamin pemenuhan kebutuhan pokok rakyat baik langsung maupun tidak langsung. Dengan menciptakan iklim kondusif untuk mencari nafkah baik dengan berbisnis maupun bekerja yang layak.
Dalam aspek sosial, negara akan menciptakan lingkungan sosial yang aman dari berbagai tindakan pelanggaran norma dan hukum syariat. Sehingga disfungsi keluarga dan berbagai tekanan sosial ditengah masyarakat dapat dihindarkan.
Dalam aspek hukum dan perundang-undangan, negara akan menerapkan prinsip jawabir dan zajawir. Sanksi yang tegas dan menjerakan terhadap pelaku kejahatan. Sehingga keadilan bisa dirasakan oleh seluruh rakyat.
Demikianlah Islam yang komprehensif jika diterapkan pada tataran kehidupan akan mencegah dan mengatasi problem gangguan jiwa sehingga tercipta orang-orang bermental tangguh secara massal. Tentu kondisi ideal ini tercipta jika seluruh kaum muslim terus berupaya dan ikut berkontribusi dalam mewujudkannya.
Wallahu'alam