Oleh: Tri Mulawanti, SH
Pemerhati masalah sosial, ekonomi, politik dan hukum
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Samarinda dalam kunjungannya ke Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) mendiskusikan program kerja dan permasalahan kota. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi III DPRD samarinda yaitu Deni Hakim Anwar bahwa permasalahan sampah berkelanjutan ini menjadi sangat panjang untuk didiskusikan.
Deni berpendapat permasalahan sampah perlu ditinjau dari akarnya, yaitu peran masyarakat. Komisi II juga menghimbau masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan, ke sungai yang menjadi tumpuan air kota. (mediakamltim.co, 17/12/2024).
Dari laporan yang berjudul “What a waste 2.0 oleh World Bank, dunia menghasilkan sampah 2, 01 miliar ton sampah tiap tahunnya. World Bank memproyeksikan sampah global akan meningkat 70% pada tahun 2050 yaitu menjadi 3,40 ton per tahun. Hal ini didorong faktor urbanisasi yang cepat, pertumbuhan populasi pembangunan ekonomi.
Disebutkan negara dengan pendapatan tinggi menghasilkan sampah lebih sedikit daripada sampah di negara berpendapatan rendah. Hal ini terjadi karena pola konsumsi tinggi dan tingkat daur ulang yang dilakukan. ( https//waste4change).
Adapun cara negara yang dikatakan berpendapatan tinggi tersebut mengatasi masalah sampah yaitu dengan pengelolaan yang dilakukan oleh pelaku pengelolaan limbah dalam bentuk industri yaitu sebuah perusahaan pengelolaan sampah dan limbah. Sampah dijadikan komoditi yang menghasilkan keuntungan bagi perusahaan tersebut. (pengelolaan sampah di amerika, https://crosswrap.co)
*Sampah Persoalan Sistemik*
Faktor yang mendorong banyaknya sampah sebenarnya karena budaya hedonis dan konsumerisme tanpa batas. Terbentuk pola konsumsi masyarakat menjadi konsumerisme. Dunia bisnis bersaing dalam menghasilkan barang dan jasa karena mengandalkan permintaan konsumen agar terjadinya pertumbuhan ekonomi. Semakin besar jumlah konsumsi individu maka makin besar pula produksi.
Fenomena tersebut tidak terjadi tiba-tiba atau karena alamiah kehidupan manusia karena populasi bertambah. Akan tetapi hasil dari suatu sistem yang melingkupi suatu kehidupan masyarakat sehingga akan menciptakan pola di masyarakat.
Sistem atau nilai tersebut adalah sistem kapitalisme yang mengandalkan nilai materialisme. Sistem kapitalisme sekularisme saat ini diakui memimpin peradapan dunia, yang melahirkan efek domino dalam kehidupan. Salah satunya adalah konsumerisme yang menghadirkan infrastruktur ekonomi secara fisik yaitu dengan adanya mal, tempat kuliner, tempat hiburan yang menyajikan resto, dan cafe yang mendukung pertumbuhan ekonomi.
Secara otomatis dari aktivitas konsumsi ini akan menghasilkan sampah banyak sekali, seiring dengan aktivitas manusia menikmati barang atau jasa tersebut. Sistem ekonomi kapitalis sekuler ini tidak membangun moral manusia sehingga peradapan manusia hanya berputar di level terendah yaitu konsumsi.
Sampah bukan permasalahan individu dan masyarakat saja, akan tetapi negara secara langsung ataupun tidak langsung perlu keterlibatan di dalamnya. Tidak bisa juga hanya Negara yang berperan aktif tetapi sebaliknya individu dan masyarakat punya pola hidup sendiri. Seperti yang terjadi saat ini, karena individu, masyarakat dan negara tidak bersinergi dalam masalah sampah sehingga wajar jika sulit diatasi atau tambal sulam.
Sistem kapitalis hanya menyelesaikan masalah manusia secara fisik saja atau materi saja, karena prinsip sistem kapitalis sekuler adalah kehidupan ini diatur oleh manusia saja yang saling bersepakat dalam mengatur kehidupannya tidak ada unsur rohani dan moral.
*Sistem Islam Bersinergi Mengatasi Sampah*
Sistem Islam adalah sebuah ideologi bukan sekedar agama ritual, maka dalam sistem ini semua masalah kehidupan manusia yaitu sosial, ekonomi, politik hingga pertanahan keamanan negara diatur oleh sistem ini. Suatu sistem akan saling keterkaitan satu sama lain, sehingga efek dari penerapan suatu aturan tidak akan menimbulkan efek buruk di bidang yang lain. Dalam masalah konsumerisme, Islam tidak akan dicegah karena karena tujuan hidupnya manusia diarahkan untuk kehidupan selanjutnya setelah kehidupan ini. Sehingga dalam memenuhi kebutuhan hidup seseorang berstandar halal dan haram, bukan memenuhi keinginan yang tak terbatas. Tidak mengkonsumsi yang berlebihan dari kebutuhan manusia pada fitrahnya, karena kapasitas pemenuhan kebutuhan tiap individu bersifat terbatas.
Sistem Islam adalah sistem sempurna yang di dalamnya ada sinergi 3 pilar yang harus dibangun yaitu ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan peran negara Negara. Islam memerintahkan untuk menjaga kebersihan diri sendiri sampai kebersihan tempat tinggal dan sekitarnya di manapun berada. Dasar perbuatan manusia harus selalu berorientasi kepada penciptanya termasuk dalam hal kebersihan.
“Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik dan menyukai kebaikan, mulia dan menyukai kemuliaan, bagus dan menyukai sesuatu yang bagus, Oleh sebab itu bersihkanlah lingkunganmu (HR.AT-Tarmidzi).
Dalam hadist yang lain disebutkan “Agama Islam adalah agama yang bersih dan suci, karena itu kamu harus menjaga kebersihan. Maka sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-orang yang suci”. (HR.Al-Baihaqi).
Kebersihan adalah perintah Pencipta yang wajib dilaksanakan maka perlu suatu sistem yang paripurna dan kaffah. Sistem yang mengedukasi akhlak manusia sehingga menjadi pola kehidupannya. Sehingga mempunyai kesadaran yang berlandasarkan keimanan untuk membuang sampah pada tempatnya, tidak merusak lingkungan sebagai bagian dari alam tempat mahluk hidup lainnya seperti air, tanah dan udara. Dilakukan tanpa paksaan akan tetapi karena mengharap ridha Allah subhanahu wa ta’ala bagi yang muslim, dan bagi yang non muslim karena teredukasi moralnya dengan baik secara individu ini menjadi kebiasaan yang positif karena dibentuk oleh sistem.
Masyarakat sebagai pengontrol aturan yang dibuat akan berperan aktif dengan saling mengingatkan. Dengan membuat aduan kepada Negara jika terjadi pelanggaran aturan ini. Tidak ada sikap individualis karena pola pikirnya sampah adalah persoalan bersama, perlu menjaga lingkungan. Lingkungan kotor menyebabkan penyakit, lebih parah penyebab tersumbatnya sanitasi dan banjir di mana-mana yang akan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri apabila bersikap apatis dan individual.
Sistem ini bukan hanya mengedukasi dan menyadarkan individu atau masyarakat saja. Akan tetapi harus ada keterlibatan negara agar sistem berjalan dengan baik. Negara tetap mengurusi sampah dengan mengelolanya dengan baik sesuai prinsip-prinsip Islam. Sehingga akan terbentuk support sistem yang akan membentuk pola masayarakat secara luas dan efektif, individu dan masyarakat terdidik dengan sistem. Pengelolaan ini mulai dari penyediaan sarana dan prasarana sampah, mulai dari hulu hingga hilir dengan tehnologi-tehnologi yang boleh digunakan semisal melengkapi tiap sudut kampung dengan CCTV agar kontrol berjalan baik, dan sanksi tegas bagi pelaku yang membuang sampah tidak pada tempatnya atau menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar yang berfungsi agar tidak terulang kembali. Menggunakan tehnologi menjadikan sampah sebagai pembangkit tenaga listrik, menjadikan bahan daur ulang yang ramah lingkungan dan bermanfaat bagi umat. Yang kesemuanya dengan biaya murah karena sebagai tanggungjawab Negara dalam menyelsaikan masalah sampah.
Sinergi 3 pilar tersebut membuat sistem berjalan terorganisir dengan baik karena akar masalahnya sudah teratasi. Begitulah aturan sistem Islam yang sempurna dalam mengatasi persoalan kehidupan manusia di manapun berada, karena aturan ini berasal dari Allah subhanahu wa ta’ala yang maha sempurna dan pemilik kehidupan. Sistem Islam harus diyakini kemudian diaplikasikan dalam kehidupan saat ini dengan dasar keimanan.