Rumah Layak Akankah Kenyataan atau Hanya Impian Rakyat


author photo

16 Des 2024 - 21.39 WIB


Tri Mulawanti, SH
Pemerhati masalah sosial dan Hukum

Adanya program 3 juta rumah yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan perumahan masyarakat disambut baik oleh direktur utama Perum Perumnas yaitu Budi Saddewa Soediro. Perusahaan mereka siap mendukung program tersebut, yaitu dengan memanfaatkan asset yang dimiliki pemerintah.

Direncanakan sekitar 20 persen dialokasikan sebagai rumah bersubsidi dan sisanya dikembangkan untuk hunian komersil. Hunian ini mencakup  antara lain hunian tapak untuk wilayah dengan ketersediaan lahan luas dan rumah vertical seperti apartemen, rumah susun untuk wilayah perkotaan.

Sebelumnya menteri perumahan dan kawasan pemukiman Maruar Sirait mengungkapkan berbagai langkah strategis  diambil untuk merealisasikan  program ini. Yaitu program pembangunan dua juta di wilayah  pedesaan dan satu juta di wilayah perkotaan. Dengan pemanfaatan tanah sitaan dari kasus korupsi difungsikan sebagai perumahan rakyat. Kemudian juga lahan atau asset likuidasi bank Indonesia  akan digunakan untuk program ini.

Program ini salah satu agenda yang diprioritaskan  pemerintah untuk penyediaan  hunian layak bagi masyarakat, khusus berpenghasilan rendah dengan skema pembiayaan  termasuk opsi gratis untuk katagori tertentu. Program ini dianggap sebagai penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi dan mendukung berbagai industri terkait.

Setiap pembangunan rumah akan mempengaruhi sekitar 150 industri pendukung, material konstruksi hingga furniture yang merupakan rantai pasokan sektor ini. Pertumbuhan yang dicanangkan akan meningkat, dan salah satu kontributor dalam upaya ini  adalah sektor jasa konstruksi, yang diharapkan bergerak secara optimal dengan meningkatkan penggunaan komponen lokal dan meminimalisir impor. Sehingga pemanfaatan sumber daya domestik  lebih besar untuk ketahanan ekonomi nasional. (tempo.co, /1/12/2024).

Ketua satgas perumahan Hasyim Djojohadikusumo tentang program penyediaan rumah berkata, “Menurut statistik  pemerintah kurang lebih 11 juta keluarga antri untuk memiliki rumah yang layak, Rabu (4/12/2024), bahkan ada sebanyak 27 juta keluarga yang tinggal di rumah tidak layak huni.

 *Rumah Layak Hanya Sebatas Impian* 

Di saat sekarang keinginan masyarakat untuk memliki hunian atau rumah yang layak seakan hanyalah impian. Pasalnya, harga yang masih di atas kemampuan masyarakat pada umumnya sehingga tidak mampu dijangkau, apalagi pendapatan masyarakat ekonomi yang rendah. Kesulitan ini juga didukung oleh mekanisme cara memperolehnya yaitu melalui kredit dalam jangka panjang dan angsurannya masih tergolong besar. 

Jikapun ada yang mampu memiliki itu hanyalah sebagian kecil saja. Sebagian lainnya akhirnya hanya mampu untuk memiliki rumah sementara yaitu sewa atau kontrak karena harganya yang masih di bawah rata-rata dari rumah layak yang disediakan pemerintah. Harga yang masih tidak terjangkau tadi dikarenakan program ini melibatkan pihak swasta yang tentu saja mempunyai tujuan yaitu keuntungan usahanya.

Komponen-komponen yang terlibat dalam program yaitu pihak swasta dari sektor jasa kontruksi hingga furniture diharapkan oleh pemerintah sebagai faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan siklus simbiosis mutualisme, yaitu ketika sektor swasta tersebut mengalami pertumbuhan dan penghasilannya meningkat maka akan banyak menyerap tenaga kerja. Peningkatan penghasilan ini akan meningkatkan pungutan pajak yang akan menambah pendapatan negara dari sektor swasta ini khususnya jasa konstruksi.

Kemudian penyerapan tenaga kerja diharapkan akan mengatasi masalah lapangan kerja. Begitulah siklus ekonomi kapitalis berputar, sehingga hubungan simbiosis mutualisme ini tidak akan bisa dilepaskan. Sedangkan masyarakat yang membutuhkan rumah layak dianggap sebagai pasar yang membuka peluang besar dan dijadikan komoditi untuk memiliki potensi mengeruk keuntungan tersebut. Kebutuhan masyarakat dalam sistem kapitalis adalah komoditi yang menguntungkan jika dikelola dan pengelolaan ini tentu saja hasil kolaborasi dengan pihak swasta dikarenakan hubungan simbiosis mutualisme tadi.

Padahal tempat hunian atau rumah adalah kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia di samping kebutuhan pokok yang dibutuhkan untuk jasmani. Rumah sebagai tempat perlindungan bagi manusia dari segala ancaman alam dan lainnya, akan tetapi kebutuhan ini yang paling sulit untuk dapat dimiliki. Apalagi penyediaan rumah layak dalam jumlah besar yang dikelola oleh pemerintah hasilnya terkesan minim dengan harga yang sulit dijangkau, lokasi yang jauh dari fasilitas umum serta kondisi akses jalan yang buruk semakin menambah kesulitan tersebut.

Masalah penyediaan pemukiman ini akibat dari peran pemerintah yang berparadigma sistem kapitalis yaitu ada keuntungan yang bisa diperoleh dalam urusan umat. Lebih mengutamakan nilai manfaat yang akan dihasilkan dari program-program yang ada bukan menjalankan fungsi sebagai pelayan umat yang akan selalu berorientasi untuk kemanfaatan umat itu sendiri. Demikianlah standar sejahtera atau tidak sejahtera diukur berdasarkan pertumbuhan ekonomi, adanya perputaran aktivitas ekonomi di masyarakat yang akan memberikan efek pada negara.

 *Pengadaan Rumah dalam Islam* 

Solusi Islam mengatasi rumah hunian yang layak salah satunya memenuhi kebutuhan mendasar, sama dengan kebutuhan bahan pokok yaitu sandang, pangan, pendidikan, kesehatan dan keamanannya dijamin negara untuk keberlangsungan hidup manusia. Penerapan pemenuhan kebutuhan ini semuanya tentu saja diatur  dalam suatu sistem yang terintegrasi secara keseluruhan yaitu system politik ekonomi Islam.

Negara menciptakan support sistem sehingga rakyat mudah mendapatkan rumah layak huni yang memenuhi standar keamanan dan kesehatan. Fungsi Negara adalah sebagai pelayan yang mengurusi segala urusan rakyat tanpa pamrih. Memenuhi kebutuhan mendasar tiap orang per individu dari kota hingga daerah terpencil sebagai  tanggung jawab besar pemimpin, sehingga pemimpin akan menjamin dan memastikan distribusi kebutuhan dapat dinikmati seluruh rakyat tanpa terkecuali.

Selanjutnya untuk menciptakan kondisi ekonomi stabil dibutuhkan pula sistem kehidupan yang sempurna, lengkap dan berkeadilan. Sistem seperti ini tidak lahir dari teori-teori buah hasil manusia seperti sistem kapitalis, akan tetapi sistem yang terbaik lahir dari Yang Maha Tinggi yaitu dari Pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan itu sendiri yiatu dari Allah SWT. Tentu saja sistem ini sebagai sistem terbaik bagi kehidupan manusia karena sudah pernah teruji bertahan hingga 3 abad lamanya, yaitu Khilafah Islamiyyah. Wallahu'alam
Bagikan:
KOMENTAR