Fenomena Childfree Sejalan Dengan Ide Feminisme


author photo

3 Des 2024 - 15.55 WIB



Oleh : Milda, S.Pd
(Aktivis Muslimah)

Fenomena child free di Indonesia semakin menarik perhatian, khususnya terkait keputusan perempuan untuk tidak memiliki anak. Anggota Komnas Perempuan, Maria Ulfah Ansor, menjelaskan setiap perempuan memiliki hak untuk menentukan pilihan hidupnya, termasuk memiliki anak. 

Menurutnya, hal ini merupakan bagian dari hak asasi manusia yang harus dihormati oleh semua pihak. “Terserah mereka apakah seseorang memilih untuk memiliki anak atau tidak, itu bagian dari hak pribadi yang harus dihormati,” ujarnya dalam wawancara bersama Pro 3 RRI, Jumat (15/11/2024).

Ia juga menekankan bahwa pilihan hidup seperti child free tidak boleh dipandang negatif. Masyarakat perlu diberikan pemahaman bahwa keputusan tersebut adalah bagian dari kebebasan setiap individu dalam memilih gaya hidup. (https://www.rri.co.id/nasional/1121760/komnas-perempuan-pilihan-child-free-perlu-dihargai).

Childrenfree terjadi karena berbagai penyebab mulai dari ide hak reproduksi perempuan hingga biaya hidup tinggi. Secara ide, ide ini lahir dari feminisme dan sistem kapitalisme. Pola pikir liberal yang diaruskan mempengaruhi kalangan pemuda sehingga muncul kekhawatiran akan rezeki dan tidak mau repot, menjadikan anak sebagai beban kesulitan hidup. Sistem kapitalisme mendorong perempuan atau istri memilih childrenfree karena tidak ada jaminan kehidupan yang diberikan dalam sistem sekuler kapitalis yang akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan yang menimpa kaum perempuan.  Masalah ekonomi yang sangat pelik saat ini yang akhirnya membuat kaum perempuan harus menghadapi tekanan ekonomi dan tingginya biaya hidup menjadi alasan kuat perempuan memilih untuk childfree. 

Di zaman modern saat ini sebagian besar perempuan menganggap pekerjaan yang mereka lakoni dengan karir menterang dapat terhambat dengan kehadiran seorang anak.
Sekularisme membuat tak percaya konsep rezeki. Childrenfree hanya mempertimbangkan manfaat dan kesenangan tanpa mempertimbangkan agama sama sekali.  Mirisnya lagi negara hari ini memberi ruang bagi paham rusak dengan dalih HAM. 

Belum lagi ancaman ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sehingga tidak heran suami-istri memilih untuk tidak memiliki anak. Ditambah lagi saat ini masyarakat sulit mendapatkan pekerjaan jika pun ada masih belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga tidak heran jika perempuan memilih untuk tidak memiliki anak karena di anggap makin menambah berat beban hidup. 

Tidak hanya itu gebrakan feminisme yang semakin masif, mampu merubah cara pandang perempuan dalam hidupnya, sehingga perempuan hari ini melupakan tugasnya sebagai ummu warabatul bait. Maka dengan adanya ide feminisme dengan kebebasan individu termasuk childfree hal ini dianggap sebagai gerakan untuk memberikan kebebasan perempuan memilih untuk memiliki anak maupun tidak. Di balik chilldfree, perempuan sebenarnya digiring agar mampu menjadi wanita karir yang akhirnya  menghilangkan fitrahnya sebagai Ummu warobbatul Bait. Perempuan hari ini sibuk  mengejar karir dan berbagai kebebasan lainnya sehingga menghilangkan peranya sebagai ibu dan memilih untuk hidup bebas tanpa terikat dengan syariat.

Dalam sistem demokrasi-kapitalisme perempuan diberi kebebasan untuk menentukan pilihan hidupnya dan hal ini tentu berseberangan dengan sistem Islam.

Islam adalah agama yang sempurna dan paripurna mengatur segala aspek kehidupan manusia. Dalam Islam Allah meninggikan derajat seorang ibu sebab ditangan seolah ibu lahirlah para generasi yang akan melanjutkan peradaban mulia itulah sebabnya kehormatan dan kemuliaannya dijaga oleh Islam.  sebagaimana sabda Rasulullah SAW : 

"Seorang ibu adalah yang paling berhak dihormati" (HR. Shahih Bukhari dan Shahih Muslim).

Dalam sistem Islam Khalifah akan menjamin kehidupan yang layak bagi perempuan sehingga perannya sebagai ibu terlaksana dengan baik seperti mengandung, melahirkan, mengasuh, memberikan kasih sayang, pendidikan hingga jaminan keamanan baik ibu mau anak untuk mewujudkan itu tentu Khalifah akan membuka lapangan kerja bagi para pencari nafkah agar mampu memenuhi kebutuhan keluarga. Betapa Syariat memuliakan dan menghormati yang menyandang gelar ibu bahkan dalam sebuah riwayat : 

"Wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya.” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan).

Islam menjamin kesejahteraan dan sistem Islam akan menguatkan aqidah sehingga akan menolak ide children free karena bertentangan dengan akidah Islam. Memiliki anak bukanlah beban melainkan amanah yang menjadi ladang pahala bagi orang tua.

Pendidikan Islam akan mampu menjaga aqidah umat tetap lurus dan terjaga pemikirannya sesuai Islam. Negara juga akan memberikan benteng atas masuknya pemikiran yang bertentangan dengan Islam.

Sistem Islam menetapkkan para suami untuk berbuat baik kepada Istrinya agar istri dapat menjalankan peranya dalam membentuk kepribadian yang baik sesuai dengan tuntunan syariat. 

Sungguh aneh rasanya jika perempuan menghilangkan kodratnya sebagai ibu dengan tidak memiliki anak. Tentu ini adalah cara pandang yang salah dan tidak sesuai dengan fitrah perempuan. Sistem kapitalisme telah melahirkan berbagai problem secara sistemik yang harus di cabut sampai ke akarnya. Semua problem kehidupan hanya dapat diselesaikan dengan  kembali kepada sistem Islam. Hanya dengan sistem Islam perempuan akan menjalankan fitrahnya sebagai perempuan. Wallahua'lam.
Bagikan:
KOMENTAR