Aceh --- Baru-baru ini kita banyak membaca dibeberapa media bahwa akan ada penyambungan pipa gas dari Aceh ke Jawa, ini harus di perjelas kepada masyarakat Aceh. Kami rakyat Aceh sudah sangat lama memberi makan orang-orang di pulau Jawa dengan hasil alam Aceh, tapi balasan nya apa...??
Untuk kali ini hasil alam Aceh untuk kemakmuran rakyat Aceh bukan untuk kemakmuran rakyat seluruh Indonesia kami tidak rela.
Sesuai dengan konsep MoU Helsinki bahwa 70% hasil alam Aceh akan dinikmati oleh semua rakyat Aceh, sedangkan 30% lagi itu kami ikhlas sesuai dengan perjanjian GAM-RI di Helsinki.
Pemerintah Aceh jangan lalai dengan kata manis para penikmat hasil alam Aceh, mereka licik dan mereka hanya ingin Hasil alam kita, sedangkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat Aceh tak mereka peduli sedikitpun.
Sejak tahun 1974 hasil alam Aceh di kuasai apa yang terjadi dengan generasi Aceh masa kini, hanya kebodohan dan darah serta air mata. Jangankan memberikan pendidikan yang layak kepada rakyat Aceh malah mereka mengirimkan tentara dan membunuh rakyat Aceh yang memberi makan mereka di Jakarta.
Hasil alam Aceh bukan untuk pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia, tapi hasil alam Aceh untuk pemerataan pembangunan di Aceh dan demi kemakmuran rakyat Aceh.
Kita lihat sekarang berapa banyak izin yang telah dikeluarkan oleh pemerintah Aceh namun lapangan pekerjaan di kasih untuk para pendatang atau orang seberang lautan, sedangkan rakyat Aceh di ninabobokan dengan kemiskinan dan tanpa lapangan pekerjaan.
Jika hasil alam Aceh bukan untuk kemakmuran rakyat Aceh maka kami tidak setuju dengan tujuan penyambungan pipa gas Aceh ke pulau Jawa.
Kami ingatkan kepada Jakarta agar tidak semena-mena memberi izin terhadap hasil alam Aceh. Jangan asal caplok harta kami rakyat Aceh.
Perbaiki dulu lapangan pekerjaan dan ekonomi rakyat Aceh, jangan asal ngomong bahwa di Aceh kurang tenaga kerja, itu pikiran membodohi kami generasi Aceh, jangan sudut kan kami rakyat Aceh dengan dalih tidak ada SDM, itu tutur kata penjajahan secara pemerataan dan ekonomi.
Kami ingin menikmati sendiri hasil alam Aceh, cukup sudah kami berikan walau balasan ke atas kami darah dan air mata.
Kepada pemerintah Aceh jangan gegabah dalam memberikan izin baik tambang batu bara dan migas karena mereka hanya ingin harta kita, sedangkan pendidikan kita tak pernah di pedulikan.
Kepada dinas ketenagakerjaan Aceh untuk membuat pelatihan-pelatihan kepada generasi muda Aceh agar tidak ada lagi alasan di Aceh tidak ada SDM. Padahal orang Aceh dari leluhur pun kita pandai-pandai cuma kita sudah sanggup di bodohi oleh kata-kata manis para kontraktor-kontraktor migas dan tambang.
Lapangan pekerjaan lebih penting untuk rakyat Aceh bukan untuk para pendatang yang jangankan ras bahasa pun mereka tidak sama dengan kita Aceh. Kasih makan dulu rakyat Aceh dengan hasil alam Aceh, jangan utamakan pendatang.
Penulis: Misbahuddin (Marcos). Mantan Kombatan TNA wilayah Samudera pase.