Bullying Menjadi Momok Dimana Tolak Ukur Keberhasilan Satuan Pendidikan?


author photo

4 Sep 2024 - 19.27 WIB


Oleh : Milda, S.Pd
(Aktivis Muslimah)

Masyarakat Kota Balikpapan dihebohkan dengan adanya aksi bullying yang dialami oleh anak dibawah umur. Korban yang baru duduk di bangku kelas 7 salah satu SMP di Balikpapan itu pun harus mendapat perawatan di rumah sakit lantaran alami geger otak.

Mirisnya lagi, terduga pelaku mengunggah aksi bullyingnya di status whatsapp dengan caption “ala ala aja kesian”. Video berdurasi 13 detik itu pun viral di media sosial instagram yang diunggah oleh kakak korban berinisial IW.

Dikonfirmasi kepada IW bahwa aksi bullying itu terjadi pada Rabu (21/8/2024) sekira pukull 20.00 wita. Bermula saat korban mengadu kepada gurunya terkait perbuatan pelaku. Kesal, pelaku pun langsung mendatangi korban usai bermain sepakbola di salah satu lapangan kawasan Karang Rejo, Balikpapan Tengah. (https://lintasbalikpapan.com/2024/08/28/korban-bullying-di-balikpapan-alami-geger-otak-pelaku-unggah-videonya-di-status-whatsapp/)

Tersebarnya video kekerasan atau bullying yang dilakukan oleh kalangan pelajar sekolah menambah daftar panjang kekerasan yang terjadi di kalangan remaja. Menelisik permasalahan yang ada bahwa hal ini tidak terlepas dari peran pembuat kebijakan. Selama tidak adanya solusi yang tepat maka kasus bullying akan terus ada khususnya di kalangan pelajar sekolah. 

Peristiwa ini menambah daftar panjang kasus kekerasan remaja yang terjadi di kalangan remaja. Bullying tidak hanya terjadi di Balikpapan,  kasusnya pun sering terjadi dan ini semakin menjadi bukti bagaimana kegagalan sistem pendidikan sekuler kapitalis dalam mencetak generasi.

Dalam sistem kapitalis sekuler akan menjadi sebuah kemungkinan kasus kekerasan akan tumbuh subur karena sistem ini mencetak generasi dengan memberikan kebebasan sebesar-besarnya sehingga menjauhkan generasi dari pemahaman Islam.

Permasalahan yang terjadi di kalangan remaja pada dasarnya bermuara pada penerapan sistem rusak yakni sistem sekuler, ditambah bagaimana pemilik kebijakan yang ketika membuat kurikulum pendidikan jauh dari sistem Islam. Pada akhirnya kurikulum dibuat tidak mampu membentuk karakter dan moral pelajar sebagai buktinya saat ini kita melihat fakta   para pelajar atau generasi makin menampakkan akhlak yang kurang baik serta krisis adab hal ini merupakan konsekuensi logis dari penerapan sistem sekuler tersebut.

Sistem kapitalisme-sekulerisma yang asasnya memisahkan aturan agama dalam mengatur kehidupan membuat sekolah hanya sebatas untuk menuntut ilmu  dalam pelajaran sehingga  tidak mampu menjadikan generasi yang berakhlak.  

Pelajaran agama pun pelan-pelan akan dihilangkan sehingga benar-benar menciptakan generasi tanpa moral. Maka tak heran zaman sekarang generasi banyak melakukan penyimpangan termasuk kasus bullying di kalangan pelajar sekolah.

Tidak hanya itu, keseriusan dalam membina, mengedukasi serta mengawasi terkait bullying dalam satuan pendidikan masih setengah hati cenderung lambat. 

Ditambah lagi fungsi pengawasan yang tidak berjalan baik, seharusnya pengawasan juga tidak hanya di sekolah tetapi juga terletak pada bimbingan orang tua di rumah dalam mendidik anak-anaknya. Orang tua harus paham bagaimana seharusnya mendidik dan mengarahkan anak-anak mereka agar tidak melakukan penyimpangan seperti bullying hingga mencederai orang lain. Maka perlu adanya penanaman akidah di rumah namun hal tersebut saat ini tidak sejalan dengan pembentukan karakter anak. Sebab, tidak semua orang tua memperhatikan pendidikan yang berbasis akidah Islam yang terpenting anak-anak sekolah tanpa memperhatikan tujuan pendidikan yang berlandaskan akidah Islam.

Dengan berbagai kasus bullying baik verbal maupun non verbal juga bermuara dari tidak adanya penanam akidah dengan sejak dini yang mestinya generasi kita paham bahwa konsekuensi dari setiap perbuatan yang dilakukan senantiasa dipertanggung jawabkan di akhirat kelak. Tetapi lagi-lagi sistem kapitalisme-sekulerisme menjerumuskan generasi dalam kemaksiatan.

Jika hari ini banyak kasus bullying, semua itu tidak terlepas peran negara yang cenderung abai. Sebab regulasi yang di buat berasaskan sekulerisme setiap negara menginginkan generasi mencapai target yang sesuai dengan satuan pendidikan. Tetapi disisi lain membuka lebar-lebar jalan kemaksiatan dengan menyajikan konten-konten maupun tantangan yang serba bebas tanpa memandang hal tersebut baik-buruk halal-haram. Berapa banyak tanyangan seperti kekerasan seksual, bullying, pergalam bebas, narkoba dan lain sebagainya yang semua itu dengan mudah di akses baik anak-anak maupun remaja yang semua itu tentu berpengaruh para prilaku mereka.

Islam adalah agama yang sempurna yang mengatur segala aspek kehidupan termasuk solusi atas kasus bullying. Dalam Islam harus ada kerja sama dalam menyelesaikan bullying hal ini tidak akan berjalan jika tidak ada dukungan dari sistem yang shohih. Maka ketiga komponen tersebut harus berfungsi menyeluruh. Islam mengatur sistem pendidikan yang berlandaskan akidah Islam yang pelajaran tersebut harus lebih dominan yang mampu mempengaruhi pola pikir dan pola sikap generasi.

Tidak hanya itu penguasa dalam Islam akan senantiasa mengedukasi masyarakat dan mengajak dalam hal kebaikan sehingga menciptakan suasana kekeluargaan dengan saling mengingatkan juga saling membantu satu sama lain. Sehingga setiap anggota keluarga maupun masyarakat mampu membimbing anak-anak mereka agar tidak melakukan bullying yang hari ini banyak dialami generasi.

Demikianlah Islam menyelesaikan problematika umat termasuk bullying yang banyak memakan korban dengan kembali pada Islam kaffah dalam bingkai khilafah. Wallahua'lam.
Bagikan:
KOMENTAR