Turunkan Angka Stunting, Evaluasi Apa yang Penting?


author photo

26 Jul 2024 - 03.45 WIB



Oleh: Rahmi Surainah, M.Pd, Warga Kutai Barat, Kaltim

Stunting adalah kondisi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan sehingga menyebabkan ia lebih pendek dibanding teman seusianya. Stunting disebabkan oleh tidak tercukupinya asupan gizi anak bahkan sejak masih dalam kandungan.
 
Berbagai penangan pemerintah setempat untuk menekan tingginya angka stunting. Namun, upaya yang dilakukan pemerintah masih belum optimal. Oleh karena penting evaluasi untuk menurunkan angka stunting kembali. Seperti yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Paser yang menggelar Rapat Evaluasi Gerakan Intervensi Serentak Pencegahan Stunting Tahun 2024, di Ruang Rapat Sadurengas Kantor Bupati Paser. Rabu, (10/07/2024).

Dalam kegiatan tersebut disampaikan capaian stunting per Juni 2024 yaitu 13,22% dimana balita yang sudah diujur sebanyak 98,3% namun, masih ada 44,09% balita yang mengalami permasalahan gizi. Dalam hal ini Asisten Pemerintah dan Kesejahteraan Rakyat, Ir. H. Romif Erwinadi, M.Si., yang mendampingi Sekda Katsul Wijaya menyampaikan bahwa penurunan angka stunting ini merupakan tanggung jawab dan kewajiban bersama.

Dia juga mengungkapkan stunting di Kabupaten Paser perlu ditelaah kembali apa yang menjadi masalah mendasar penyebab stunting tersebut, karena stunting sendiri bisa terjadi oleh beberapa faktor. Dari hasil gerakan intervensi serentak pencegahan stunting tahun 2024 yang sudah dilakukan pada bulan Juni lalu, banyak balita dan ibu hamil yang tidak melakukan kunjungan ke Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Berdasarkan data yang dikumpulkan merupakan hasil kunjungan kader Posyandu dari rumah ke rumah. (humas.paserkab.go.id)

Evaluasi Akar Permasalahan Stunting 

Beberapa upaya sudah dilakukan pemerintah untuk mencegah stunting, di antaranya peningkatan gizi anak melalui program pemberian makanan tambahan (PMT), peningkatan gizi ibu hamil dengan pemeriksaan kehamilan dan pemberian makan tambahan bagi ibu hamil. Selanjutnya mendorong pemberian ASI eksklusif dan pemantauan tumbuh kembang balita di Posyandu. Hanya saja, upaya itu tidak akan tampak berpengaruh jika akar masalah munculnya stunting tidak dituntaskan.

Stunting memang bisa terjadi karena beberapa faktor, evaluasi dari hasil gerakan intervensi pencegahan stunting dikatakan banyak balita dan ibu hamil yang tidak ke Posyandu. Kalau ditelisik lebih dalam mengapa untuk berkunjung saja malas, padahal dekat dan gratis.

Lagi-lagi keterbatasan ekonomi, kurangnya ilmu dan waktu membuat bumil dan balita tidak memprioritaskan ke sana. Orang tua dengan balitanya atau pun bumil disibukkan dengan hal lain sehingga kesehatan tidak dipedulikan. Artinya sosialisasi dan edukasi masih kurang karena berbagai persoalan membuat masyarakat khususnya orang tua tidak fokus di bidang kesehatan saja.

Dengan demikian evaluasi penting dari permasalahan stunting ini sebenarnya sistemik. Ketika sistem kesehatan sudah dilakukan dengan baik dan mengarahkan berbagai elemen tetapi tidak juga berhasil menekan atau menyentuh akar problem stunting.
 
Sistem kesehatan memang terkait dengan sistem lain, seperti ekonomi yang mana masyarakat tidak bisa memenuhi unsur hidup sehat akibat keterbatasan ekonomi. Sistem pendidikan pun minim sehingga ketidaktahuan terhadap pola hidup sehat menambah tingginya angka stunting. Sistem sosial yang acuh dan tidak peduli terhadap lingkungan membuat air, udara, dan alam bersih terancam sehingga ibu hamil atau anak jauh dari ideal sehat. 

Makanan siap saji, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan snack yang mengandung pengawet, pewarna, pemutih/ formalin, dsbnya. Semua itu tidak bisa lepas dari peran negara untuk melindungi warganya. Gaya hidup kapitalis sekulerisme telah mengubah pola hidup instan tidak peduli halal dan tayyibnya makanan. Beban hidup yang sulit, termasuk psikologis, pikiran serta hati yang jauh dari ketenangan menambah berbagai penyakit bermunculan.

Jika demikian, evaluasi penting dari stunting ini adalah mengubah sistem kehidupan kapitalisme sekuler dengan sistem yang sempurna. Sistem yang mampu memenuhi kebutuhan warganya hingga terpenuhi kebutuhan tanpa dihantui persoalan stunting.

Solusi Islam Atasi Stunting 
 
"Dan hendaklah orang-orang yang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya dalam keadaan lemah yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar." (TQS. An-Nisa': 9)

Dalam Islam, anak-anak tidak hanya diperhatikan dalam hal fisik tetapi juga jiwa atau kepribadian yang tangguh. Jika fisik saja lemah bagaimana bisa menjalankan ibadah dan amanah kehidupan. Oleh karena itu, orang-orang yang takut kepada Allah pasti menyiapkan anak-anak yang kuat, baik sehat fisik maupun mentalnya.

Stunting merupakan persoalan penting yang harus ditangani. Negara dalam hal ini akan memastikan kebutuhan individu terpenuhi baik sandang, pangan, dan papan. Selain itu, negara menjamin layanan masyarakat baik berupa pendidikan, kesehatan, dan keamanan terpenuhi. 

Menyelesaikan stunting haruslah dilakukannya secara fundamental dan menyeluruh. Stunting tidak akan selesai tuntas dengan menyolusi masalah-masalah cabangnya saja. Pencegahan stunting dapat dilakukan melalui penyelesaian multidimensi.
Pertama, negara menyediakan infrastruktur kesehatan yang memadai bagi seluruh warga. Kedua, negara menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat berupa sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan.

Ketiga, negara memberikan edukasi terkait gizi pada masyarakat. Keempat, negara melakukan pengawasan dan pengontrolan berkala agar kebijakan negara seperti layanan kesehatan, akses pekerjaan, stabilitas harga pangan, hingga sistem pendidikan, serta penggunaan anggaran dapat berjalan secara amanah.

Ketika seluruh rakyat sudah terjamin kebutuhan pokoknya, akses pada pangan bergizi menjadi hal yang mudah. Tidak akan ada lagi kasus stunting yang diakibatkan oleh sistem. Sayangnya pencegahan stunting tidak akan solutif sebab fungsi negara dalam kacamata kapitalisme hanya sebagai regulator kebijakan, bukan pelayanan seperti Kekhalifahan.
Wallahu a’lam...
Bagikan:
KOMENTAR