Angka Stunting Meningkat, Negara Butuh Solusi Yang Tepat


author photo

26 Jul 2024 - 05.37 WIB



Oleh. Ririn Arinalhaq

Rupanya Indonesia masih belum mampu mengatasi permasalahan stunting yang semakin hari semakin meningkat. Dikabarkan kasus stunting tidak hanya menyerang warga pedesaan, tetapi sudah  menyerang warga kota. Hal inilah yang terjadi di Kota Balikpapan. 

Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan, Alwiati, mengatakan kasus stunting di Kota Balikpapan meningkat 2 persen. 
Ia membeberkan berdasarkan data penimbangan, terdapat 2500 anak di Balikpapan memiliki masalah gizi.
Selain itu, terdapat pula lebih dari 680 ibu yang terserang anemia dan mengalami kekurangan energi kronis.

"Ini adalah rapot merah kita. Stunting di perkotaan tidak selamanya identik dengan kemiskinan. Tapi lebih kepada perilaku. Sehingga, itu yang menyebabkan stunting," tuturnya saat menghadiri Jambore Kader Posyandu di Hotel Gran Senyiur Balikpapan.

Selain itu menurutnya hal ini pun dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat untuk datang dan melakukan pengecekan ke Posyandu. Terlebih, para calon pengantin yang harus dipersiapkan sebelum menjadi seorang ibu untuk menjaga dan memperhatikan gizinya. Sebab, kata dia, penanganan kasus stunting harus dilakukan mulai dari 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan). (KaltimTribunNews. Com, 14/07/24)

Stunting Buah Sistem Rusak

Terkait permasalahan ini rupanya pemerintah kota Balikpapan melihat bahwa penyebab meningkatnya stunting adalah gaya hidup masyarakat yang kurang disiplin melakukan pengecekan ke Posyandu. Padahal kurangnya kedisiplinan masyarakat bukanlah salah satu faktor penyebab meningkatnya stunting, ada banyak faktor penting yang menyebabkan stunting meningkat. Namun faktor yang paling mendasar adalah dengan diterapkannya sistem sekularisme kapitalisme di dalam kehidupan yang melahirkan banyak permasalahan. 

Sistem kapitalisme hanya menjadikan negara sebagai fasilitator atau regulator antara rakyat dan pengusaha saja, tentu ini dapat mempengaruhi pelayanan penguasa terhadap rakyat. Mahalnya bahan-bahan makanan terutama makanan pokok adalah bentuk ketidakmampuan penguasa memenuhi kebutuhan rakyat. 

Di dalam sistem kapitalisme yang akan mendapatkan karpet merah hanyalah mereka yang memiliki modal banyak, karena  sistem ini meniscayakan mereka para pengusaha menguasai segala sumber daya alam suatu negeri. Tak jarang lahan pertanian pun juga ikut dikuasai dan dialihfungsikan sehingga hal ini berimbas kepada penurunan hasil pertanian. Jika sudah begini tentu jalan keluarnya adalah impor.

Banyaknya komoditas pangan yang masih impor tentunya akan membuat harga komoditas tersebut naik sehingga hal tersebut akan membebani rakyat. Di sisi lain kebijakan impor ini justru menguntungkan para korporasi. Sehingga sangat terlihat jelas keserasian antara pengusaha dan penguasa, sedangkan masyarakat hanya dijadikan sebagai konsumen. 

Beratnya beban masyarakat juga diperparah oleh sedikitnya lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan meningkatnya kasus pengangguran. Tentu saja hal ini akan berpengaruh terhadap kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Solusi Tepat Atasi Stunting

Program apapun yang dijalankan oleh pemerintah jika sistem negara masih mengambil sistem kapitalisme maka problem stunting tidak akan pernah terselesaikan. Untuk itu negara harus mengganti sistem yang rusak ini dengan sistem mulia. Sistem yang datangnya langsung dari pencipta manusia yaitu sistem Islam. Di dalam sistem Islam penguasa akan serius menjalankan perannya yaitu sebagai pengurus rakyat. Karena mereka tahu bahwa kepemimpinannya tersebut akan dimintai pertanggungjawaban.

Hal ini berdasarkan hadits nabi saw yang artinya:
“Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR Bukhari)

Selain itu Islam pun memiliki mekanisme dalam menyelesaikan problem stunting yaitu Islam tidak akan membiarkan para korporasi menguasai SDA dan lahan-lahan dalam jumlah yang sangat besar, hal ini dikarenakan SDA yang melimpah adalah milik rakyat sehingga pengelolaannya harus dilakukan oleh negara dan hasilnya akan diserahkan kepada rakyat. 

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw yang artinya:
“Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Terkait ketersediaan bahan-bahan pokok tentunya Islam akan berupaya semaksimal mungkin untuk memproduksi bahan-bahan makanan di dalam negerinya sendiri dengan cara Islam akan menyuruh para petani mengelola lahan yang tidak dikelola selama tiga tahun berturut-turut. Islam juga akan mempermudah akses distribusi dari lahan pertanian menuju pasar-pasar, tentunya hal ini bertujuan untuk menekan biaya produksi sehingga harga bahan makanan akan tetap terjangkau. 

Jika mekanisme-mekanisme tersebut dijalankan maka kesejahteraan bukan hanya milik korporasi saja akan tetapi milik semua rakyat. Tentunya jika pemerintah ingin memberantas problem stunting maka tidak ada cara lain selain menerapkan sistem Islam yang penuh rahmat. 

Sebagaimana Allah Swt Berfirman dalam QS Al-Anbiya ayat 107,  yang artinya, “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Wallahu'alam bishowwab
Bagikan:
KOMENTAR