"

Miris, Marak Kejahatan saat Ramadan


author photo

6 Apr 2024 - 13.15 WIB



Oleh Yulia Hastuti, SE, M.Si

Sejarah mencatat, atas izin Allah Swt ratusan umat Islam telah memenangkan peperangan besar di medan jihad melawan ribuan kaum kafir. Dalam kemenangan ini, Rasulullah Saw berkhutbah menyampaikan pada umatnya bahwa segera melaksanakan perang kecil menuju ke peperangan lebih besar yaitu perang melawan hawa nafsu yang tak terlihat. Yaitu perintah melaksanakan puasa sebulan penuh di bulan Ramadan.

Ramadan adalah masa orang-orang muslim justru diwajibkan menahan hawa nafsunya. Namun kenyataannya justru sebaliknya. Angka kejahatan justru cenderung meningkat trennya saat Ramadan. Kriminalitas kerap terjadi karena kebutuhan masyarakat meningkat bahkan angka kriminalitas semakin tinggi menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.

Dilansir laman Radar Bogor, 14/3/2024, selama tiga pekan terakhir Polresta Bogor Kota berhasil mengungkap beberapa kasus kejahatan pencurian yang terjadi di wilayahnya. Terjadinya kasus pencurian kendaraan bermotor (curanmor) di Jalan Warung Bandrek, Kelurahan Bondongan, Kecamatan Bogor Selatan. Peristiwa kejahatan lainnya terjadi perampokan berujung penganiayaan hingga pembunuhan terjadi di Jalan Anggodo, Dusun Krajan, RT. 03/RW. 05, Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. 

Kriminalitas ini terjadi saat umat Islam melaksanakan ibadah Salat Isya' dan Salat Tarawih di momentum Bulan Suci Ramadan 1445 Hijriah. Berdasarkan informasi, belum diketahui jelas motif perampokan berujung pembunuhan yang menyebabkan satu orang disabilitas tuna netra meninggal dunia. Tetapi sejumlah barang dan berkas-berkas penting yang berada di dalam rumah diketahui sudah hilang. (Jatimtimes.com, 22/4/2024)

Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai, bahwa meningkatnya tren kejahatan pada bulan Ramadan hingga jelang Lebaran disebabkan adanya peningkatan kebutuhan di tengah masyarakat yang tinggi. Sebagian masyarakat pengeluaran biaya juga pasti akan meningkat, namun tidak diiringi dengan peningkatan penghasilan. Maka jalan pintaslah yang diambil untuk memenuhi kebutuhan selama Ramadan dengan melakukan kejahatan. (Media Indonesia, 27/3/2024)

Kesucian bulan suci Ramadan telah ternodai dengan maraknya kejahatan di tengah masyarakat. Bagaikan fenomena gunung es, hanya sebagian kecil tindak kriminalitas yang tampak di permukaaan. Padahal kejahatan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat kian beragam dan mengerikan. Menurut catatan kepolisian saat ini terdapat lima kejahatan tertinggi yaitu pencurian dengan pemberatan (curat), narkotika, pencurian motor (curanmor), perjudian, dan pencurian dengan kekerasan (curas). Sungguh sangat memprihatinkan, fakta yang terjadi menggambarkan telah hilangnya rasa aman di negeri ini. 

Kemaksiatan dan keburukan harusnya di bulan Ramadan menjadi lebih sedikit jika dibandingkan dengan kemaksiatan yang terjadi di luar bulan Ramadan. Dalam Sahih Muslim pada kitab “Al-shiyam” dalam bab “fadhl syahru ramadan” bahwa Rasulullah bersabda: ” Apabila datang bulan Ramadan, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu”. Kemaksiatan sangat minim dilakukan oleh orang-orang yang benar-benar berpuasa dengan menjaga adab dan syarat-syarat berpuasa.

Namun, terbelenggunya setan tidak mencegah terjadinya kemaksiatan dan kejahatan. Setan terus melakukan upaya untuk membawa hasutan, keburukan, dan kejahatan ke dalam dada manusia. Setan dari kalangan manusia terkadang justru lebih kuat pengaruh dan godaannya daripada setan dari kalangan jin. Maka menurut Imam Al-Ghazali, untuk menjaga dan menyelamatkan diri dari langkah tipu daya setan. Diantara pintu yang harus dikenali itu adalah pintu amarah dan syahwat, pintu dengki dan iri hati, pintu makan minum secara berlebihan, pintu cinta dunia, pintu tergesa-gesa.

Tingginya kejahatan yang semakin marak saat Ramadan tidak terlepas dari beberapa faktor penyebab. Pertama, lumrahisasi kejahatan yang semakin sering kita dengar dan saksikan dari kejahatan itu sendiri. Salah satunya efek buruk dari penggunaan gadget yang semakin mudah mengakses berbagai peristiwa di berbagai tempat di muka  bumi ini dengan mudah. Sehingga tidak heran akan terbentuk pandangan bahwa peristiwa tersebut sesuatu yang biasa atau lumrah.

Kedua, tidak ada tindakan yang keras atau hukuman yang bisa membuat seseorang berpikir sekian kali untuk melakukan kejahatan. Hukuman yang diterapkan sekarang tidak membuat efek jera dan tidak memberikan efek pencegahan terhadap kejahatan. Ketiga, terkait integritas personal, situasi ekonomi yang menekan, dan pergaulan bebas yang mendorong seseorang melakukan kejahatan. Keempat, ada kecenderungan seseorang menjadikan kekerasan atau kejahatan sebagai jalan menyelesaikan persoalan. Hal ini dipengaruhi ketidakpercayaan terhadap hukum karena hukum hari ini tidak bisa diandalkan.

Terlebih kehidupan dalam sistem sekuler kapitalisme menjadikan individu kehilangan akal dan iman. Sistem buruk yang tidak relevan dengan fitrah manusia ini, juga menimbulkan tingkat stres yang cukup tinggi. Penyebabnya  adalah  kondisi ekonomi membuat kehidupan masyarakat semakin timpang. Biaya kebutuhan hidup yang semakin meningkat saat Ramadan yang diikuti melonjaknya harga kebutuhan pokok, namun penghasilan justru tidak bertambah bahkan cenderung menurun.  Tidak adanya jaminan dari pemerintah untuk memenuhi kebutuhan pokok masyarakat. Masyarakat sulit dalam mencari pekerjaan karena kurangnya lapangan pekerjaan. Sementara masyarakat harus menghadapi hari-hari yang sulit karena biaya semakin tak terkendali.

Sementara solusi semuanya hanya ada dalam Islam yang memberikan dasar yang sangat kokoh. Islam mempunyai peran yang sangat besar dalam meletakkan pondasi cara berpikir dan berperilaku berdasarkan tauhid atau keimanan kepada Allah Swt. Tauhid yang jelas dapat membuat seseorang mengerti mana yang boleh dan yang tidak, mana yang halal dan yang haram. Sumber kekuatan kepribadian seseorang akan terdorong berbuat baik karena yakin bahwa segala sesuatu disaksikan langsung oleh Allah dan memahami hakikat semua urusan manusia bukan hanya di dunia tetapi sampai ke akhirat.

Terlebih, hal ini seharusnya dilakukan oleh negara yang memiliki seluruh perangkat yang ada, juga ada kewenangan dan kekuasaan untuk melakukannya. Negara wajib menghilangkan segala hal yang merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim. Negara juga menegakkan sanksi Islam sebagai penindakan atas setiap pelanggaran syariat Islam.

Puasa Ramadan memberikan pelajaran dan penegasan bahwa kaum Muslim secara individu maupun kolektif sebenarnya bisa mewujudkan takwa. Tentu jika mereka mengutamakan keridaan Allah di atas segala kepentingan duniawi. Dengan pengamalan dan penerapan syariah secara kafah pasti akan tercipta kemakmuran, kesejahteraan, keadilan sosial dan hukum, keamananan, kenyamanan, akhlak mulia di tengah-tengah masyarakat, dsb. Semua ini merupakan keberkahan yang menjadi konsekuensi dari ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Bagikan:
KOMENTAR