Bunuh Diri Meningkat, Atasi Dengan Syariat


author photo

20 Nov 2023 - 19.13 WIB


Oleh: Devi Ramaddani
(Pemerhati Sosial)

Ada dua kasus dugaan bunuh diri di lingkungan mahasiswa yang ramai diberitakan. Pertama, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswa berinisial NJW (20) yang ditemukan tewas di Mal Paragon Semarang, Jawa Tengah, pada Selasa (10/10/2023).

Kedua, kasus dugaan bunuh diri seorang mahasiswa perguruan tinggi swasta di Semarang, Jawa Tengah, berinisial EN (24) yang ditemukan meninggal di kamar indekosnya, Rabu (11/10/2023).

Menyikapi kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa ini, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta seluruh kampus di Indonesia untuk menghadirkan lingkungan kampus yang sehat, aman, dan nyaman. (https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/10/18/ada-971-kasus-bunuh-diri-sampai-oktober-2023-terbanyak-di-jawa-tengah).

Lalu belum lama ini, Seorang mahasiswi kedokteran Unair ditemukan tewas di dalam mobilnya yang terparkir di halaman Apartemen Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (5/11). Di dalam mobil tersebut ditemukan tabung helium serta dua lembar surat wasiat yang ditujukan untuk keluarganya. (https://kaltimpost.jawapos.com/nasional/06/11/2023/diduga-bunuh-diri-dengan-gas-helium-mahasiswi-kedokteran-unair-ditemukan-tewas-di-dalam-mobil).

Lagi, lagi dan lagi kita dapati berita tragis menimpa mahasiswa yang melakukan bunuh diri. Fenomena ini benar-benar bagaikan fenomena gunung es yang peningkatan nya terus meningkat setiap tahunnya. 

Berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (Polri), ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023. Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang jumlahnya 900 kasus. (https://kaltimtoday.co/capai-971-kasus-di-2023-kenali-tanda-dan-cara-mencegah-keinginan-bunuh-diri).

Fakta  bunuh diri pada mahasiswa kian meningkat. Seolah-olah di anggap sesuatu yang biasa. Seharusnya kita kritisi mengapa ini terjadi dan bersegera mencari penyelesaiannya  agar tidak terulang.  Miris, banyaknya yang nekat menyakiti dirinya bahkan sampai bunuh diri dengan dalih ingin keluar dari masalah yang dihadapinya. Mereka menganggap bunuh diri adalah sebuah solusi dari permasalahan akibat pendeknya  pikiran mereka.   Fenomena tersebut di kalangan remaja ini, dimulai dari adanya depresi atau persoalan yang berlangsung lama dan ini  menggambarkan rapuhnya mental generasi. 

Penyebabnya antara lain yaitu,  generasi terjebak  gaya hidup hedonis yang materialistis. Menghalalkan segala cara demi memenuhi gaya hidup sampai nekat terjerat   pinjol. Kondisi ekonomi  kian sulit   untuk memenuhi kebutuhan hidup, biaya kuliah akibat diterapkannya sistem kapitalisme.   Menuntut mahasiswa untuk mandiri secara finansial, akhirnya mereka  harus bekerja sambilan. Inilah salah satu penyebab para mahasiswa depresi karena berbagai tekanan yang datang, mulai dari tuntutan akademik, tuntutan tempat kerja, hingga persoalan keluarga, dll.

Kurikulum pendidikan sekuler tidak menjadikan  agama sebagai mata pelajaran pokok untuk membentuk insan yang bertakwa.  Walhasil  hidupnya untuk meraih materi semata. Peran  pendidikan dalam  keluarga pun tak lepas dari pengaruh pemahaman  sekuler yang berasal dari Barat. Efeknya generasi tidak paham hakikat dan tujuan hidupnya.

Beginilah jadinya jika sistem sekulerisme hari ini yang tidak menjadikan agama sebagai pedoman hidup. Kehidupan dipisahkan dari agama. Akhirnya, individu tidak mengerti standar baik-buruk, halal-haram. Kehidupan sekularisme melahirkan individu yang materialistik dan liberalisme yang dapat memicu stres yang berujung pada usaha mengakhiri nyawa yang ketika mereka tidak bisa mencapai  standar keberhasilan materi. begitulah jadinya jika standar hidupnya materi, mereka mudah berfikir rendah. Dengan keputusasaan terbentuk generasi yang rapuh iman.

Islam sebagai agama yang sempurna, mampu memelihara dan menjaga keselamatan jiwa dan raga manusia. Islam memandang tindakan bunuh diri adalah perbuatan tercela bahkan haram hukumnya. Oleh karena itu islam melarang umatnya menyakiti dan membunuh dirinya sendiri apapun alasannya. Seperti firman Allah SWT,  Artinya: "Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu." (QS. An-Nisa: 29).

Dalam sebuah hadist dari Tsabit bin Adh Dhohhak, Rasulullah SAW bersabda,
وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِشَىْءٍ عُذِّبَ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Artinya: “Barangsiapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Tidak seharusnya seorang terpelajar apalagi muslim menyelesaikan problem hidup dengan bunuh diri. Karena yang berhak menetapkan hidup dan mati seseorang hanya Allah. Seharusnya pemimpin memberikan solusi efektif dengan penerapan sistem Islam kaffah. Karena Islam adalah sistem kehidupan  yang mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya. Islam mampu mewujudkan peradaban agung yang memanusiakan manusia karena Islam memiliki konsep dan metode untuk mewujudkan seluruh konsep tersebut.

Islam mewajibkan orang tua menanamkan akidah Islam sejak dini pada anak-anak. Dengan penancapan akidah yang kuat sehingga anak akan memahami visi dan misi hidupnya sebagai hamba Allah Taala, yakni beribadah dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Kaum ibu dalam sistem Islam  akan diberdayakan sebagai ibu generasi pencetak peradaban.

Sistem ekonomi Islam pun menetapkan kebijakan ekonomi yang mampu menyerap banyak tenaga kerja dari kalangan laki-laki. Alhasil, peran ayah dan ibu dalam keluarga dapat berjalan seimbang seiring pemenuhan kebutuhan pokok yang dijamin negara.

Disamping itu, pendidikan Islam akan membekali generasi dengan pemahaman bahwa Islam mampu memberikan solusi berbagai persoalan hidup. Sehingga mereka akan memandang kehidupan ini sesuai paradigma Islam, yakni tempat untuk beramal saleh dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Ta'ala. Dan ini terbukti berhasil membentuk generasi berkepribadian Islam bermental tangguh dan memiliki pemikiran cemerlang dengan menjadikan akidah Islam sebagai asasnya.

Oleh karenanya tidak heran jika kita mengenal Mushab bin Umair, duta Islam pertama yang sukses mendakwahkan Islam di Madinah sehingga tidak ada satu rumah pun yang tidak memeluk Islam. Kita juga mengenal Ali bin Abi Thalib sebagai pintunya ilmu; Usamah bin Zaid, panglima perang termuda pilihan Rasulullah saw.; juga Muhammad al-Fatih yang berhasil menaklukkan Konstantinopel pada usia yang masih sangat muda dengan perencanaan dan strategi yang gemilang. Mereka adalah contoh generasi yang tangguh, unggul dan berkarakter pemimpin (leader) dan promblem solver.

Sekali lagi, hanya dengan penerapan sistem Islam kafahlah generasi ini akan terselamatkan. Ketika Islam dijadikan sebagai the way of life generasi terbaik, bermental tangguh, tidak mudah putus asa dan menjadi problem solver bagi umat akan lahir. Wallahu alam bishawwab.
Bagikan:
KOMENTAR